
Menjadi seorang mahasiswa tidak mudah bagi sebagian orang, dengan tuntutan akademik yang sedemikian rupa, selalu dihadapkan dengan berbagai macam tugas dengan deadline yang singkat, serta garapan maupun proyek-proyek yang membutuhkan waktu lama dan usaha yang lebih signifikan agar tercapai segala visi misi yang diharapkan. Berbagai macam tuntutan yang dihadapi menyebabkan tekanan yang cukup besar. Masa perkuliahan seringnya berdampak pada perubahan besar di dalam kehidupan seseorang, seperti ditinggal jauh dari keluarga yang menyebabkan adanya tekanan secara emosional (homesickness).
Namun, tidak semua mahasiswa memiliki akses yang sama untuk mendapatkan dukungan secara emosional dan sumber daya pendidikan. Bagi sebagian mahasiswa, kuliah adalah masa transisi dari remaja ke dewasa, dengan mengambil tanggung jawab baru berarti mengambil keputusan baru. Ketidakmampuan untuk mengelola waktu dengan baik dapat menyebabkan tekanan akademik yang cukup serius.
Secara keseluruhan, meskipun tidak semua mahasiswa mengalami tekanan akademik dalam intensitas yang sama, berbagai faktor yang ada di lingkungan akademik dan kehidupan pribadi mereka berkontribusi pada kemungkinan terjadinya tekanan tersebut. Sangat penting bagi mahasiswa untuk memiliki strategi coping yang baik dan akses dukungan emosional yang memadai untuk mengatasi tekanan akademik.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa diterapkan:
1. Kelola Waktu dengan Efektif
Prioritaskan tugas.Fokus pada tugas-tugas yang paling penting dan mendesak terlebih dahulu;
Buat jadwal harian atau mingguan yang mencakup waktu untuk belajar, istirahat, olahraga, dan kegiatan sosial;
Gunakan teknik manajemen waktu. Contohnya dengan menerapkan metode seperti Pomodoro (25 menit belajar, 5 menit istirahat) bisa membantu meningkatkan produktivitas tanpa merasa terbebani.
2. Menerapkan Tujuan yang Realistis
Buatlah tujuan jangka pendek dan jangka panjang dengan cara menerapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu;
Jangan terlalu perfeksionis, fokus pada kemajuan, bukan fokus pada kesempurnaan. Menghargai usaha diri sendiri merupakan hal yang penting.
3. Jaga Kesehatan Fisik
Menjaga Kesehatan fisik dengan cara tidur yang cukup: Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup setiap malam, idealnya 7-9 jam;
Olahraga yang teratur dan melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berlari, atau yoga bisa membantu mengurangi risiko burnout;
Konsumsi makanan yang seimbang, makanan kaya akan nutrisi dan protein untuk mendukung fungsi otak dan tubuh.
4. Bangun Dukungan Sosial
Menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman dan keluarga. Berbicara dengan orang yang dipercaya dapat membantu meredakan risiko burnout;
Mengikuti kegiatan sosial, bergabung dengan klub atau organisasi mahasiswa untuk membangun jaringan sosial dan mengalihkan perhatian dari tekanan akademik.
5. Manfaatkan Sumber Daya Kampus
Manfaatkan layanan konseling yang disediakan oleh kampus. Banyak perguruan tinggi dan beberapa universitas yang memiliki konselor dan siap membantu mahasiswa..
6. Terapkan Batasan
Belajar mengatakan tidak ke orang lain, jangan mengambil terlalu banyak tanggung jawab yang bisa melebihi kapasitas kamu.
7. Libatkan Diri dalam Aktivitas yang Menyenangkan
Libatkan dirimu ke dalam aktivitas yang kamu sukai, seperti membaca, menonton film, bermain musik, dan kegiatan positif lainnya; Kegiatan seperti melukis atau menulis bisa membantu mengekspresikan emosi dan mengurangi stress.
8. Jangan Ragu untuk Mencari Bantuan Profesional
Jika kamu merasakan gejala burnout semakin parah dan sudah mengganggu rutinitas, segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Pastikan lingkungan belajar kamu mendukung untuk belajar dengan nyaman. Ruang yang bersih, terang, dan tenang bisa meningkatkan konsentrasi dan produktivitas. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kamu dapat mengelola dan mengurangi risiko burnout, serta meningkatkan kesejahteraan selama menghadapi tekanan akademik. Ingatlah bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan prestasi akademik.
Penulis: Igusti Saida